Kali pertama anda mendengar istilah “penasehat spiritual” atau “spiritualis”, apa yang muncul dalam pikiran anda ?
Pasti yang muncul adalah : penasehat spiritual tak ubahnya seperti paranormal, atau orang pinter, atau orang yang dianggap “mengerti”.
Jika anda mempunyai persepsi seperti itu, anda tidak salah, karena itulah yang kebanyakan ditemui di masyarakat kita. Sebuah istilah baru yang beken sejak awal tahun 2000-an untuk memperhalus istilah paranormal atau dukun. Entah siapa yang kali pertama menggunakan istilah tersebut saya tidak tahu, tetapi tiba-tiba saja akrab di pendengaran masyarakat kita.
Tetapi, jika anda berpendapat demikian, bahwa penasehat spiritual tak ubahnya paranormal, pendapat anda bisa saya katakan tidak sepenuhnya tepat.
*****
Seorang pengusaha sebuah perusahaan ekspedisi yang sukses dengan armada yang melintasi seluruh benua Eropa, Asia, bahkan Amerika memanggil sahabatnya, yang diakui sebagai penasehat spiritualnya ke kantornya di salah satu gedung pencakar langit di kawasan Jakarta Selatan.
Tidak ada keperluan yang mendesak sebenarnya. Sahabat si pengusaha itu hanya diminta mampir sebentar ke ruang kantornya. Pengusaha keturunan Tionghoa ini meminta saran pada sahabatnya ini untuk “melihat-lihat” suasana ruang kerja yang baru ditempatinya. Tentu saja bukan sekedar untuk melihat-lihat, tapi juga memeriksa kondisi ruangan dengan mata batinnya. Apakah ada hawa negatif atau faktor tertentu yang dirasa tidak baik atau merugikan bagi usaha atau keselamatan si pengusaha ini.
Ternyata, dari “terawangan” sahabat si pengusaha ini, tidak ditemukan faktor negatif di ruangan kerja. Semua baik-baik saja, setidaknya dari segi penglihatan batin sahabat si pengusaha itu. Hanya saja, si pengusaha tadi diminta untuk mengubah beberapa sudut kursi dan meja di ruangan kerja. Tujuannya agar aura kesuksesan dan kerejekian bisa semakin kuat dan mantap menyertai si pengusaha ekspedisi yang kaya raya tersebut.
*****
Itu adalah gambaran kecil dari pekerjaan sosok penasehat spiritual versi si pengusaha itu atau juga versi sebagian besar masyarakat kita. Tentang mengapa harus mengubah posisi kursi dan meja, tentu juga tak bisa dijelaskan secara logika ilmiah, karena dunia spiritual seringkali bebas dari pertanyaan-pertanyaan yang berbau logika rasional.
Melalui ilustrasi kisah diatas, saya ingin mengajak anda untuk kembali memahami makna penasehat spiritual yang sebenarnya. Penasehat spiritual sejatinya tidak sama dengan paranormal atau dukun. Sesuai kata-katanya, penasehat spiritual sebenarnya adalah orang yang mampu memberikan nasehat untuk spiritual atau keimanan seseorang kepada agama dan keyakinan yang dianutnya. Nasehat spiritual bertujuan untuk meningkatkan keimanan tidak hanya untuk orang lain tetapi juga untuk diri si penasehat spiritual itu sendiri tentunya.
Meningkatkan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa, agar manusia mempunyai sandaran bergantung hanya kepada Tuhan, karena hanya Tuhan yang berhak disembah dan dijadikan tempat bergantung dari segala macam problematika dan hambatan dalam kehidupan manusia !
Itulah yang saya lakukan dalam menjalankan tugas saya selama ini. Ratusan klien yang berkonsultasi dengan saya selalu mendapat saran untuk meningkatkan kehidupan spiritualnya yaitu keimanannya kepada Tuhan, untuk mendapat pertolongan dari Tuhan dan berpasrah diri kepada-Nya. Mereka tidak boleh sedikitpun bergantung pada saya karena saya hanya menunjukkan arah dan memberi peringatan untuk orang lain dan diri saya sendiri.
Dalam kasus tertentu memang saya harus turun sendiri, karena itu bagian dari ikhtiar yang wajib dilakukan. Misalnya untuk penyembuhan penyakit, gangguan faktor eksternal berupa tenaga tidak lazim atau TTL, dan sebagainya. Meski demikian, memang tidak semua klien saya mengikuti atau setuju dengan saran saya. Sebagian dari mereka ada yang menolak saran-saran saya, misalnya untuk membakar atau membuang azimat atau benda pegangan yang bertahun-tahun dimiliki. Menurut saya wajar bila ada yang menolak, karena memang sangat tidak mudah untuk menjadi ikhlas kalau tak ada hidayah Tuhan. Selain itu, harga azimat atau benda pegangan mereka seringkali mencapai puluhan juta rupiah, jadi tambah sulit lagi rasa ikhlasnya untuk membuangnya.
Kepada klien yang menolak saran saya itu, saya menghormati pilihan mereka dan itu terserah keputusan mereka. Sedangkan bagi saya tidak ada kerugian sedikitpun karena saya hanya bertugas menyampaikan amanah kebenaran.
Hidup ini hanya soal pilihan. Manusia tinggal memilih baik atau buruk jalan kehidupan yang ingin dijalani.
Selasa, 29 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar