Kali pertama anda mendengar istilah “penasehat spiritual” atau “spiritualis”, apa yang muncul dalam pikiran anda ?
Pasti yang muncul adalah : penasehat spiritual tak ubahnya seperti paranormal, atau orang pinter, atau orang yang dianggap “mengerti”.
Jika anda mempunyai persepsi seperti itu, anda tidak salah, karena itulah yang kebanyakan ditemui di masyarakat kita. Sebuah istilah baru yang beken sejak awal tahun 2000-an untuk memperhalus istilah paranormal atau dukun. Entah siapa yang kali pertama menggunakan istilah tersebut saya tidak tahu, tetapi tiba-tiba saja akrab di pendengaran masyarakat kita.
Tetapi, jika anda berpendapat demikian, bahwa penasehat spiritual tak ubahnya paranormal, pendapat anda bisa saya katakan tidak sepenuhnya tepat.
*****
Seorang pengusaha sebuah perusahaan ekspedisi yang sukses dengan armada yang melintasi seluruh benua Eropa, Asia, bahkan Amerika memanggil sahabatnya, yang diakui sebagai penasehat spiritualnya ke kantornya di salah satu gedung pencakar langit di kawasan Jakarta Selatan.
Tidak ada keperluan yang mendesak sebenarnya. Sahabat si pengusaha itu hanya diminta mampir sebentar ke ruang kantornya. Pengusaha keturunan Tionghoa ini meminta saran pada sahabatnya ini untuk “melihat-lihat” suasana ruang kerja yang baru ditempatinya. Tentu saja bukan sekedar untuk melihat-lihat, tapi juga memeriksa kondisi ruangan dengan mata batinnya. Apakah ada hawa negatif atau faktor tertentu yang dirasa tidak baik atau merugikan bagi usaha atau keselamatan si pengusaha ini.
Ternyata, dari “terawangan” sahabat si pengusaha ini, tidak ditemukan faktor negatif di ruangan kerja. Semua baik-baik saja, setidaknya dari segi penglihatan batin sahabat si pengusaha itu. Hanya saja, si pengusaha tadi diminta untuk mengubah beberapa sudut kursi dan meja di ruangan kerja. Tujuannya agar aura kesuksesan dan kerejekian bisa semakin kuat dan mantap menyertai si pengusaha ekspedisi yang kaya raya tersebut.
*****
Itu adalah gambaran kecil dari pekerjaan sosok penasehat spiritual versi si pengusaha itu atau juga versi sebagian besar masyarakat kita. Tentang mengapa harus mengubah posisi kursi dan meja, tentu juga tak bisa dijelaskan secara logika ilmiah, karena dunia spiritual seringkali bebas dari pertanyaan-pertanyaan yang berbau logika rasional.
Melalui ilustrasi kisah diatas, saya ingin mengajak anda untuk kembali memahami makna penasehat spiritual yang sebenarnya. Penasehat spiritual sejatinya tidak sama dengan paranormal atau dukun. Sesuai kata-katanya, penasehat spiritual sebenarnya adalah orang yang mampu memberikan nasehat untuk spiritual atau keimanan seseorang kepada agama dan keyakinan yang dianutnya. Nasehat spiritual bertujuan untuk meningkatkan keimanan tidak hanya untuk orang lain tetapi juga untuk diri si penasehat spiritual itu sendiri tentunya.
Meningkatkan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa, agar manusia mempunyai sandaran bergantung hanya kepada Tuhan, karena hanya Tuhan yang berhak disembah dan dijadikan tempat bergantung dari segala macam problematika dan hambatan dalam kehidupan manusia !
Itulah yang saya lakukan dalam menjalankan tugas saya selama ini. Ratusan klien yang berkonsultasi dengan saya selalu mendapat saran untuk meningkatkan kehidupan spiritualnya yaitu keimanannya kepada Tuhan, untuk mendapat pertolongan dari Tuhan dan berpasrah diri kepada-Nya. Mereka tidak boleh sedikitpun bergantung pada saya karena saya hanya menunjukkan arah dan memberi peringatan untuk orang lain dan diri saya sendiri.
Dalam kasus tertentu memang saya harus turun sendiri, karena itu bagian dari ikhtiar yang wajib dilakukan. Misalnya untuk penyembuhan penyakit, gangguan faktor eksternal berupa tenaga tidak lazim atau TTL, dan sebagainya. Meski demikian, memang tidak semua klien saya mengikuti atau setuju dengan saran saya. Sebagian dari mereka ada yang menolak saran-saran saya, misalnya untuk membakar atau membuang azimat atau benda pegangan yang bertahun-tahun dimiliki. Menurut saya wajar bila ada yang menolak, karena memang sangat tidak mudah untuk menjadi ikhlas kalau tak ada hidayah Tuhan. Selain itu, harga azimat atau benda pegangan mereka seringkali mencapai puluhan juta rupiah, jadi tambah sulit lagi rasa ikhlasnya untuk membuangnya.
Kepada klien yang menolak saran saya itu, saya menghormati pilihan mereka dan itu terserah keputusan mereka. Sedangkan bagi saya tidak ada kerugian sedikitpun karena saya hanya bertugas menyampaikan amanah kebenaran.
Hidup ini hanya soal pilihan. Manusia tinggal memilih baik atau buruk jalan kehidupan yang ingin dijalani.
Selasa, 29 Maret 2011
Kekuatan dan Keajaiban Doa
Dalam satu kesempatan kawan saya ini bercerita bahwa ia telah beberapa kali berhasil mencapai goal-nya (tujuan) tanpa harus berdoa seperti orang pada umumnya. Saya lalu menggali lebih lanjut dan bertanya, Kalau tidak berdoa, seperti kebanyakan orang, lalu apa yang kamu lakukan?
Ya itu... saya juga bingung. Saya hanya punya keinginan atau harapan saja. Nggak pernah berdoa sampai minta-minta banget sama Allah. Misalnya saat saya ingin pindah dari Jakarta ke Semarang. Saya lalu menyampaikan hal ini ke pimpinan saya. Permintaan saya disetujui. Namun setelah saya pikir-pikir lagi, akan jauh lebih baik, melihat peluang pasar yang ada, kalau saya pindah ke Surabaya. Nah, pas hari H saya mau pindah, eh.. pimpinan saya malah memindahkan saya ke Surabaya. Padahal saya nggak pernah ngomong kalau mau ke Surabaya karena saya merasa sungkan. Lha, permintaan saya kan ke Semarang, jelasnya.
Kawan saya lalu menceritakan beberapa kejadian lain yang ia alami yang tampaknya bersifat kebetulan saja. Apa yang ia harapkan ternyata benar-benar terjadi. Dan ini ia dapatkan dengan mudah.
Nah, sebelum saya bercerita lebih jauh saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada anda, Apakah anda rajin berdoa? Apakah doa yang anda panjatkan kepada Allah, Sang Maha Pencipta, sering, jarang, atau malah nggak pernah terkabul? Pernahkah anda bertemu dengan kawan anda (orang lain) yang jarang berdoa namun kualitas hidupnya jauh lebih baik dari Anda? Allah ini benar-benar adil atau nggak, sih?
Saya percaya 1.000% bahwa Allah, Sang Maha Pencipta bersifat adil seadil-adilnya. Hal ini saya Imani dan saya Amini dengan sepenuh hati. Sama sekali tidak ada keraguan dalam hati saya mengenai hal ini. Bagaimana dengan Anda?
Namun, mengapa ada banyak doa yang tidak mendapat jawaban? Mengapa ada orang yang tampaknya nggak “spiritual” tapi kok ya hidupnya jauh lebih baik dari orang yang mengaku “spiritual”?
Dulu, pertanyaan yang sama sangat mengganggu pikiran saya. Saya berusaha mencari jawabannya. Dan, setelah mencari cukup lama saya akhirnya sampai pada satu kesimpulan, yang menurut saya pribadi, merupakan kunci bagi doa yang cespleng.
Saya berangkat dengan satu keyakinan bahwa Allah bersifat adil (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) dan akan selalu menjawab setiap doa kita, seperti yang tertulis di Al Quran, “Ketuklah maka pintu akan dibukakan”, “Mintalah kepadaKU niscaya akan Aku berikan”.
Pertanyaannya adalah “Pintu” mana yang harus kita ketuk dan bagaimana cara kita memintanya (baca: berdoa) dengan benar?
Pintu memang harus diketuk dan dibuka. Pintu yang dimaksud di sini adalah “Pintu Hati (Nurani)” kita. Dan yang harus mengetuk dan membukanya adalah kita sendiri. Pintu hati dibuka dari dalam, oleh diri kita sendiri, bukan oleh orang lain dari sebelah luar. Banyak orang yang salah mengartikan “Ketuklah maka pintu akan dibukakan” dengan berharap bahwa akan ada “Seseorang” yang akan membukakan pintu itu bagi mereka. Lebih parah lagi kalau kita sampai berpikir bahwa adalah tugas orang lain untuk mengetuk pintu hati kita.
Lalu, bagaimana dengan pernyataan “Mintalah kepadaKU niscaya akan Aku berikan”? Saya melihat banyak yang salah mengartikan pernyataan ini. Benar kita bisa atau boleh berdoa dan memohon/meminta kepada Allah Yang Kuasa. Namun mengapa seringkali doa kita tidak terjawab? Pasti ada yang kurang pas atau salah dengan cara kita meminta, kan?
Ada Dua Tahap yang harus diperhatikan agar doa kita bisa benar-benar cespleng. Bicara mengenai doa sebenarnya bukan hanya menyangkut apa yang kita Panjatkan atau Ucapkan. Bila kita berdoa, yang paling berpengaruh, saya ulangi dan tekankan, yang paling berpengaruh, adalah Suasana Hati atau Perasaan kita, bukan kata-kata yang kita susun dengan sedemikian indah seperti syair. Doa masuk dalam ranah rasa/afeksi (dimensi rasa) bukan semata-mata urusan kognisi.
Langkah pertama, sebelum kita bisa berdoa dengan baik, benar, dan tulus adalah dengan membersihkan Hati dan Pikiran kita dari muatan-muatan emosi negatif. Bagaimana caranya? Dengan membuka Pintu Maaf selebar-lebarnya. Dengan Memaafkan.
Memaafkan mengandung makna kita melepas semua beban pikiran, semua luka batin atau pengalaman traumatik dari masa lalu, semua perasaan diri kotor dan tidak berharga, ketakutan, iri-dengki, kemarahan, dan berbagai emosi negatif lainnya.
Setelah kita mampu memaafkan barulah kita melanjutkan ke Langkah kedua yaitu kita Harus Yakin dan Percaya bahwa Allah Sang Maha Pencipta telah menyediakan apapun yang kita perlukan (menyediakan Rizki), dan saat ini kita telah mendapatkannya. Jadi, ini sebenarnya sama seperti saat kita melakukan afirmasi (sugesti diri) atau visualisasi. Yakinlah kalau apa yang kita impikan atau inginkan sudah berhasil kita raih. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kapan doa kita diwujudkan dan Terwujud? Nah, kalau yang ini urusan Allah. Semua butuh proses. Kita nggak bisa main paksa. Semua ada waktunya. Intinya, kita perlu mengembangkan perasaan yakin, syukur, & pasrah bahwa semua hal yg baik akan terjadi dalam hidup kita. Berprasangka yang baik.
Apa dan siapa saja yang perlu kita maafkan?
Pertama kita harus memaafkan diri kita sendiri. Seringkali orang tidak bisa berdamai dengan diri mereka sendiri. Untuk itu, sebagai langkah awal, maafkanlah diri Anda sendiri. Terima, syukuri keadaan Anda, dan cintailah diri Anda apa adanya. Seringkali yang menghambat diri kita adalah perasaan bersalah, kesedihan mendalam, kekecewaan, kemarahan, sakit hati, dendam, takut, iri, dengki, frustrasi, dan stres. Sadarilah bahwa diri Anda yang sekarang adalah hasil dari proses perjalanan hidup sebelumnya. Jadi, diri Anda di masa depan akan ditentukan oleh apa yang Anda lakukan saat ini. Apa yang Anda kerjakan sekarang. Semua bisa dan akan berubah menjadi lebih baik.
Kedua, kita harus bisa memaafkan orang lain yang pernah “menyakiti” kita. Kata “menyakiti” ditulis dalam tanda kutip karena sering kali yang terjadi adalah kita salah memberikan makna atas apa yang kita alami. Dengan kata lain seringkali apa yang kita alami sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Peristiwa itu menjadi “menyakitkan” karena pikiran kita salah dalam memberikan makna dan mengakibatkan munculnya emosi negatif terhadap peristiwa itu. Nah, yang menyakitkan adalah emosi negatif yang terus kita rasakan karena kita melekat pada perasaan itu.
Setelah memaafkan orang lain kita perlu Memaafkan Masa Lalu kita. Apapun kejadian, peristiwa, situasi, atau apa saja yang pernah kita alami di masa lalu, yang kita rasa menyakiti hati kita, perlu kita maafkan dan lupakan. Ikhlaskan saja karena semua sudah terjadi dan tidak mungkin ada yang bisa diubah lagi.
Terakhir, kita perlu Memaafkan Allah. Anda mungkin berpikir, Lha, saya ini siapa? Kok bisa-bisanya saya perlu memaafkan Allah. Apa dipikir saya ini lebih hebat, lebih berkuasa dari Allah?
Jangan salah paham. Kita tidak ada apa-apanya dibanding dengan Allah. Memaafkan Allah maksudnya adalah kita perlu melepas (istilah teknisnya release) emosi dan pemikiran negatif mengenai Allah. Seringkali baik secara sadar maupun tidak sadar kita marah, kecewa, sakit hati, dan jengkel sama Allah. Memang, kita nggak berani mengungkapkan perasaan ini secara terbuka karena takut dosa. Namun ketidakpuasan kita terhadap Allah tampak dalam kalimat “Nasib saya kok seperti ini ya?”, “Ya, memang sudah takdir saya seperti ini”, “Hidup adalah penderitaan”, “Kemalangan dan kepahitan hidup ini adalah cobaan dari Allah”, dan masih banyak ungkapan “Negatif” lainnya.
Ketidakpuasan kita terhadap Allah juga tampak dalam sikap kita yang tidak bersyukur dan berterima kasih, kepada Allah, untuk keadaan dan keberadaan kita. Secara tidak sadar kita sering membandingkan keadaan kita dengan orang lain. Celakanya, saat membandingkan diri kita dengan orang lain, yang selalu kita bandingkan adalah Kekurangan kita dengan Kelebihan orang lain. Kalau sudah seperti ini, suka atau tidak, mau jujur atau tidak, pasti muncul perasaan tidak senang di hati kita karena melihat keadaan orang lain lebih baik dari keadaan kita. Biasanya yang muncul adalah perasaan iri dan dengki. Iri artinya kita susah lihat orang lain senang. Sedangkan dengki artinya kita senang lihat orang lain susah.
Nah, setelah kita bisa memaafkan dengan tulus, apa langkah selanjutnya? Langkah selanjutnya ya berdoa. Cuma kali ini saya minta Anda menggunakan segenap perasaan Anda, sudah tentu perasaan positif, satukan Hati Lisan Pikiran, timbulkan rasa syukur, terima kasih, dan pasrah dan juga ekstra hati-hati dalam memilih kata yang Anda ucapkan saat berkomunikasi (baca: doa) dengan Allah.
Seringkali saya menemukan orang menggunakan kesempatan indah ini, saat berkomunikasi dengan Allah, untuk mengutuk orang lain atau justru meminta Allah untuk menghukum orang yang tidak mereka senangi.
Biasanya mereka akan berkata, “Saya doakan agar nanti kamu celaka. Biarlah Allah yang membalas semua kejahatanmu. Saya nggak bisa membalas kamu... ya nggak apa-apa. Allah punya mata dan telinga. Allah maha adil dan pasti akan membalaskan semua perbuatanmu”. Ini semua nggak benar. Lha, masa Allah diajak kerja sama untuk melakukan hal-hal yang negatif?
Akan sangat berbeda bila kita justru memaafkan dan mendoakan kebahagiaan orang yang telah menyakiti kita. Bila kita mampu melakukan hal ini dengan tulus maka efeknya terhadap hidup kita akan sangat dahsyat dan positif. Anda nggak percaya? Silakan coba sendiri.
Saya juga sering mengamati, mencermati, dan menganalisis kata-kata yang diucapkan orang saat mereka berdoa. Kalau Doa kita samakan dengan Afirmasi (sugesti diri) maka sudah tentu kita hanya boleh mengucapkan hal-hal positif yang dilandasi oleh perasaan atau emosi positif dan konstruktif. Afirmasi yang menggunakan kata-kata negatif dan diperkuat dengan emosi negatif dijamin nggak akan bisa jalan. Malah kita yang akan mendapatkan hal-hal negatif yang kita afirmasikan. Hal ini sejalan dengan Hukum Sebab Akibat atau Hukum Tabur Tuai. Apa pun yang kita tabur, melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan kita akan kembali pada kita.
Coba Anda perhatikan doa yang biasa diucapkan oleh kebanyakan orang. Mereka seringkali mohon pada Sang Pencipta agar mereka “tidak susah”, “tidak menderita”, “tidak sakit”, “tidak miskin”, “anaknya tidak nakal”, “usahanya tidak mengalami hambatan”, “terhindar dari cobaan”, dan masih banyak “Afirmasi negatif/Doa” lainnya.
Bukankah akan jauh lebih indah, powerful, dan positif bila kalimat yang sama kita “ungkapkan” menjadi “bahagia”, “senang”, “sehat”, “kaya dan makmur”, “anaknya baik dan penurut”, “Soleh dan Soleha”, “usaha lancar dan untung”, “hidup lancar” , “aman dan tentram”, dan sebagainya.
Gunakan kalimat-kalimat Doa / Afirmasi yang bernuansa Positif untuk Tujuan yang Positif.
Bila kita hubungkan dengan level energi, seperti yang saya jelaskan pada Teknologi Pikiran Quantum NurSyifa’ sebelumnya, maka “Energi Psikis Sebagai Akselerator Keberhasilan”, dalam hal ini tampak dengan sangat jelas bahwa emosi-emosi negatif seperti rasa malu, rasa bersalah, kesedihan mendalam, takut, dan marah membuat kita semakin jauh dari pencerahan spiritual.
Nah, kembali pada cerita kawan saya di atas, ternyata setelah berdiskusi cukup lama saya akhirnya mendapatkan kunci keberhasilannya. Saya tahu mengapa ia dapat dengan sangat mudah mencapai apa yang ia inginkan walaupun seakan-akan ia tidak pernah memintanya melalui doa.
Lalu apa Rahasianya? Ternyata kawan saya ini bercerita bahwa ia telah berhasil mengendalikan emosi marahnya. Sudah 10 tahun ia tidak pernah marah saat berada di kantor. Dengan kemampuan pengendalian diri dan level kesadaran sebaik ini efeknya tentu sangat luar biasa. Saya bisa merasakan aura yang bersih dan level serta vibrasi medan energi tubuh yang kuat dan menenangkan. Kondisi ini berpengaruh sangat positif pada suasana kerja di kantornya. Berpengaruh dengan orang-orang yang berada disekelilingnya……orang yang berada di dekatnya….berpengaruh kepada semuanya….
Kondisi ini sudah tentu sangat mempengaruhi pikirannya, khususnya pikiran bawah sadarnya. Mengapa saya menyinggung pikiran bawah sadar? Karena semua emosi letaknya di pikiran bawah sadar. Dan doa yang paling cespleng adalah doa (baca: afirmasi) yang selalu diucapkan oleh pikiran bawah sadar. (*kita bisa lakukan dengan metode Pikiran Quantum NurSyifa’).
Untuk mudahnya begini. Emosi atau perasaan yang kita rasakan dan apa yang kita ucapkan saat berdoa, dalam kondisi pikiran sadar, jika tidak sinkron (sesuai dan sejalan) dengan pikiran bawah sadar, tidak akan bisa terkabul.
Hal yang sama juga dialami oleh seorang kawan, yang kebetulan seorang pengusaha sukses di bidang budi daya burung walet. Kawan saya ini merasa hidupnya sangat mudah dan lancar. Mengutip apa yang ia katakan, “Allah itu sangat bermurah hati pada saya. Hidup saya lancar, makmur, dan bahagia. Apa yang saya harapkan selalu terkabul. Allah berikan…..Bahkan saat saya nggak mintapun tetap Allah kasih”.
Allah berada di dalam Prasangka hambaNya……bila kita berprasangka yang Baik maka akan banyak Kebaikan yang kita peroleh, tapi begitu juga sebaliknya bila kita berprasangka yang Buruk maka akan Cuma Keburukan saja yang kita dapat dan terima dalam kehidupan ini.
Saya ingin mengakhiri artikel ini dengan mengajak Anda merenung. Pembaca, pernahkah terpikir oleh Anda bahwa doa yang paling tulus, yang bisa kita panjatkan pada Sang Hidup, adalah bagaimana menjalani hidup kita. Benar, hidup kita adalah doa kita yang paling khusyuk. Kualitas hidup kita mencerminkan kualitas doa kita. Bagaimana kita Bertindak Berucap Berbuat Berpikir dalam menjalani Aktivitas keseharian kita……..Menjalani Hidup Penuh Arti Penuh Manfaat Penuh Makna….Tiada waktu yang terbuang dengan Percuma…semua untuk Beribadah pada Allah.
Penting
Dalam melakukan berbagai proses Doa/Afirmasi Diri, kita harus meningkatkan kepasrahan, berserah diri, menyatukan Hati Lisan Pikiran, Libatkan Panca Indra + Emosi yang Positif, Perbanyak Zikir agar selalu terhubung dgn Allah, Yang Maha Kuasa. Yakini dengan apa yang Anda lakukan………..Kristalisasikan Energi Doa-nya dengan banyak Bersyukur….
“Aku selalu menuruti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu menyertainya ketika ia berzikir kepada-Ku. Dan jika ia ingat kepada-Ku di dalam jiwanya, maka Akupun mengingatnya di dalam Zat-Ku. Dan jika ia ingat kepadaku ditempat ramai, Akupun mengingatnya ditempat ramai yang lebih baik daripadanya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku pun ingat kepadanya satu depa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku pun akan datang kepadanya dengan berlari cepat”
Rasa dekat kepada Allah tidak dapat terwujud dengan seketika, tetapi terjadi melalui proses kesungguhan hati yang panjang. Banyak jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Adapun jalan yang terbaik yaitu dengan selalu taat mematuhi aturan mainya-Nya, dimana berzikir termasuk salah satu diantaranya.
Ya itu... saya juga bingung. Saya hanya punya keinginan atau harapan saja. Nggak pernah berdoa sampai minta-minta banget sama Allah. Misalnya saat saya ingin pindah dari Jakarta ke Semarang. Saya lalu menyampaikan hal ini ke pimpinan saya. Permintaan saya disetujui. Namun setelah saya pikir-pikir lagi, akan jauh lebih baik, melihat peluang pasar yang ada, kalau saya pindah ke Surabaya. Nah, pas hari H saya mau pindah, eh.. pimpinan saya malah memindahkan saya ke Surabaya. Padahal saya nggak pernah ngomong kalau mau ke Surabaya karena saya merasa sungkan. Lha, permintaan saya kan ke Semarang, jelasnya.
Kawan saya lalu menceritakan beberapa kejadian lain yang ia alami yang tampaknya bersifat kebetulan saja. Apa yang ia harapkan ternyata benar-benar terjadi. Dan ini ia dapatkan dengan mudah.
Nah, sebelum saya bercerita lebih jauh saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada anda, Apakah anda rajin berdoa? Apakah doa yang anda panjatkan kepada Allah, Sang Maha Pencipta, sering, jarang, atau malah nggak pernah terkabul? Pernahkah anda bertemu dengan kawan anda (orang lain) yang jarang berdoa namun kualitas hidupnya jauh lebih baik dari Anda? Allah ini benar-benar adil atau nggak, sih?
Saya percaya 1.000% bahwa Allah, Sang Maha Pencipta bersifat adil seadil-adilnya. Hal ini saya Imani dan saya Amini dengan sepenuh hati. Sama sekali tidak ada keraguan dalam hati saya mengenai hal ini. Bagaimana dengan Anda?
Namun, mengapa ada banyak doa yang tidak mendapat jawaban? Mengapa ada orang yang tampaknya nggak “spiritual” tapi kok ya hidupnya jauh lebih baik dari orang yang mengaku “spiritual”?
Dulu, pertanyaan yang sama sangat mengganggu pikiran saya. Saya berusaha mencari jawabannya. Dan, setelah mencari cukup lama saya akhirnya sampai pada satu kesimpulan, yang menurut saya pribadi, merupakan kunci bagi doa yang cespleng.
Saya berangkat dengan satu keyakinan bahwa Allah bersifat adil (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) dan akan selalu menjawab setiap doa kita, seperti yang tertulis di Al Quran, “Ketuklah maka pintu akan dibukakan”, “Mintalah kepadaKU niscaya akan Aku berikan”.
Pertanyaannya adalah “Pintu” mana yang harus kita ketuk dan bagaimana cara kita memintanya (baca: berdoa) dengan benar?
Pintu memang harus diketuk dan dibuka. Pintu yang dimaksud di sini adalah “Pintu Hati (Nurani)” kita. Dan yang harus mengetuk dan membukanya adalah kita sendiri. Pintu hati dibuka dari dalam, oleh diri kita sendiri, bukan oleh orang lain dari sebelah luar. Banyak orang yang salah mengartikan “Ketuklah maka pintu akan dibukakan” dengan berharap bahwa akan ada “Seseorang” yang akan membukakan pintu itu bagi mereka. Lebih parah lagi kalau kita sampai berpikir bahwa adalah tugas orang lain untuk mengetuk pintu hati kita.
Lalu, bagaimana dengan pernyataan “Mintalah kepadaKU niscaya akan Aku berikan”? Saya melihat banyak yang salah mengartikan pernyataan ini. Benar kita bisa atau boleh berdoa dan memohon/meminta kepada Allah Yang Kuasa. Namun mengapa seringkali doa kita tidak terjawab? Pasti ada yang kurang pas atau salah dengan cara kita meminta, kan?
Ada Dua Tahap yang harus diperhatikan agar doa kita bisa benar-benar cespleng. Bicara mengenai doa sebenarnya bukan hanya menyangkut apa yang kita Panjatkan atau Ucapkan. Bila kita berdoa, yang paling berpengaruh, saya ulangi dan tekankan, yang paling berpengaruh, adalah Suasana Hati atau Perasaan kita, bukan kata-kata yang kita susun dengan sedemikian indah seperti syair. Doa masuk dalam ranah rasa/afeksi (dimensi rasa) bukan semata-mata urusan kognisi.
Langkah pertama, sebelum kita bisa berdoa dengan baik, benar, dan tulus adalah dengan membersihkan Hati dan Pikiran kita dari muatan-muatan emosi negatif. Bagaimana caranya? Dengan membuka Pintu Maaf selebar-lebarnya. Dengan Memaafkan.
Memaafkan mengandung makna kita melepas semua beban pikiran, semua luka batin atau pengalaman traumatik dari masa lalu, semua perasaan diri kotor dan tidak berharga, ketakutan, iri-dengki, kemarahan, dan berbagai emosi negatif lainnya.
Setelah kita mampu memaafkan barulah kita melanjutkan ke Langkah kedua yaitu kita Harus Yakin dan Percaya bahwa Allah Sang Maha Pencipta telah menyediakan apapun yang kita perlukan (menyediakan Rizki), dan saat ini kita telah mendapatkannya. Jadi, ini sebenarnya sama seperti saat kita melakukan afirmasi (sugesti diri) atau visualisasi. Yakinlah kalau apa yang kita impikan atau inginkan sudah berhasil kita raih. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kapan doa kita diwujudkan dan Terwujud? Nah, kalau yang ini urusan Allah. Semua butuh proses. Kita nggak bisa main paksa. Semua ada waktunya. Intinya, kita perlu mengembangkan perasaan yakin, syukur, & pasrah bahwa semua hal yg baik akan terjadi dalam hidup kita. Berprasangka yang baik.
Apa dan siapa saja yang perlu kita maafkan?
Pertama kita harus memaafkan diri kita sendiri. Seringkali orang tidak bisa berdamai dengan diri mereka sendiri. Untuk itu, sebagai langkah awal, maafkanlah diri Anda sendiri. Terima, syukuri keadaan Anda, dan cintailah diri Anda apa adanya. Seringkali yang menghambat diri kita adalah perasaan bersalah, kesedihan mendalam, kekecewaan, kemarahan, sakit hati, dendam, takut, iri, dengki, frustrasi, dan stres. Sadarilah bahwa diri Anda yang sekarang adalah hasil dari proses perjalanan hidup sebelumnya. Jadi, diri Anda di masa depan akan ditentukan oleh apa yang Anda lakukan saat ini. Apa yang Anda kerjakan sekarang. Semua bisa dan akan berubah menjadi lebih baik.
Kedua, kita harus bisa memaafkan orang lain yang pernah “menyakiti” kita. Kata “menyakiti” ditulis dalam tanda kutip karena sering kali yang terjadi adalah kita salah memberikan makna atas apa yang kita alami. Dengan kata lain seringkali apa yang kita alami sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Peristiwa itu menjadi “menyakitkan” karena pikiran kita salah dalam memberikan makna dan mengakibatkan munculnya emosi negatif terhadap peristiwa itu. Nah, yang menyakitkan adalah emosi negatif yang terus kita rasakan karena kita melekat pada perasaan itu.
Setelah memaafkan orang lain kita perlu Memaafkan Masa Lalu kita. Apapun kejadian, peristiwa, situasi, atau apa saja yang pernah kita alami di masa lalu, yang kita rasa menyakiti hati kita, perlu kita maafkan dan lupakan. Ikhlaskan saja karena semua sudah terjadi dan tidak mungkin ada yang bisa diubah lagi.
Terakhir, kita perlu Memaafkan Allah. Anda mungkin berpikir, Lha, saya ini siapa? Kok bisa-bisanya saya perlu memaafkan Allah. Apa dipikir saya ini lebih hebat, lebih berkuasa dari Allah?
Jangan salah paham. Kita tidak ada apa-apanya dibanding dengan Allah. Memaafkan Allah maksudnya adalah kita perlu melepas (istilah teknisnya release) emosi dan pemikiran negatif mengenai Allah. Seringkali baik secara sadar maupun tidak sadar kita marah, kecewa, sakit hati, dan jengkel sama Allah. Memang, kita nggak berani mengungkapkan perasaan ini secara terbuka karena takut dosa. Namun ketidakpuasan kita terhadap Allah tampak dalam kalimat “Nasib saya kok seperti ini ya?”, “Ya, memang sudah takdir saya seperti ini”, “Hidup adalah penderitaan”, “Kemalangan dan kepahitan hidup ini adalah cobaan dari Allah”, dan masih banyak ungkapan “Negatif” lainnya.
Ketidakpuasan kita terhadap Allah juga tampak dalam sikap kita yang tidak bersyukur dan berterima kasih, kepada Allah, untuk keadaan dan keberadaan kita. Secara tidak sadar kita sering membandingkan keadaan kita dengan orang lain. Celakanya, saat membandingkan diri kita dengan orang lain, yang selalu kita bandingkan adalah Kekurangan kita dengan Kelebihan orang lain. Kalau sudah seperti ini, suka atau tidak, mau jujur atau tidak, pasti muncul perasaan tidak senang di hati kita karena melihat keadaan orang lain lebih baik dari keadaan kita. Biasanya yang muncul adalah perasaan iri dan dengki. Iri artinya kita susah lihat orang lain senang. Sedangkan dengki artinya kita senang lihat orang lain susah.
Nah, setelah kita bisa memaafkan dengan tulus, apa langkah selanjutnya? Langkah selanjutnya ya berdoa. Cuma kali ini saya minta Anda menggunakan segenap perasaan Anda, sudah tentu perasaan positif, satukan Hati Lisan Pikiran, timbulkan rasa syukur, terima kasih, dan pasrah dan juga ekstra hati-hati dalam memilih kata yang Anda ucapkan saat berkomunikasi (baca: doa) dengan Allah.
Seringkali saya menemukan orang menggunakan kesempatan indah ini, saat berkomunikasi dengan Allah, untuk mengutuk orang lain atau justru meminta Allah untuk menghukum orang yang tidak mereka senangi.
Biasanya mereka akan berkata, “Saya doakan agar nanti kamu celaka. Biarlah Allah yang membalas semua kejahatanmu. Saya nggak bisa membalas kamu... ya nggak apa-apa. Allah punya mata dan telinga. Allah maha adil dan pasti akan membalaskan semua perbuatanmu”. Ini semua nggak benar. Lha, masa Allah diajak kerja sama untuk melakukan hal-hal yang negatif?
Akan sangat berbeda bila kita justru memaafkan dan mendoakan kebahagiaan orang yang telah menyakiti kita. Bila kita mampu melakukan hal ini dengan tulus maka efeknya terhadap hidup kita akan sangat dahsyat dan positif. Anda nggak percaya? Silakan coba sendiri.
Saya juga sering mengamati, mencermati, dan menganalisis kata-kata yang diucapkan orang saat mereka berdoa. Kalau Doa kita samakan dengan Afirmasi (sugesti diri) maka sudah tentu kita hanya boleh mengucapkan hal-hal positif yang dilandasi oleh perasaan atau emosi positif dan konstruktif. Afirmasi yang menggunakan kata-kata negatif dan diperkuat dengan emosi negatif dijamin nggak akan bisa jalan. Malah kita yang akan mendapatkan hal-hal negatif yang kita afirmasikan. Hal ini sejalan dengan Hukum Sebab Akibat atau Hukum Tabur Tuai. Apa pun yang kita tabur, melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan kita akan kembali pada kita.
Coba Anda perhatikan doa yang biasa diucapkan oleh kebanyakan orang. Mereka seringkali mohon pada Sang Pencipta agar mereka “tidak susah”, “tidak menderita”, “tidak sakit”, “tidak miskin”, “anaknya tidak nakal”, “usahanya tidak mengalami hambatan”, “terhindar dari cobaan”, dan masih banyak “Afirmasi negatif/Doa” lainnya.
Bukankah akan jauh lebih indah, powerful, dan positif bila kalimat yang sama kita “ungkapkan” menjadi “bahagia”, “senang”, “sehat”, “kaya dan makmur”, “anaknya baik dan penurut”, “Soleh dan Soleha”, “usaha lancar dan untung”, “hidup lancar” , “aman dan tentram”, dan sebagainya.
Gunakan kalimat-kalimat Doa / Afirmasi yang bernuansa Positif untuk Tujuan yang Positif.
Bila kita hubungkan dengan level energi, seperti yang saya jelaskan pada Teknologi Pikiran Quantum NurSyifa’ sebelumnya, maka “Energi Psikis Sebagai Akselerator Keberhasilan”, dalam hal ini tampak dengan sangat jelas bahwa emosi-emosi negatif seperti rasa malu, rasa bersalah, kesedihan mendalam, takut, dan marah membuat kita semakin jauh dari pencerahan spiritual.
Nah, kembali pada cerita kawan saya di atas, ternyata setelah berdiskusi cukup lama saya akhirnya mendapatkan kunci keberhasilannya. Saya tahu mengapa ia dapat dengan sangat mudah mencapai apa yang ia inginkan walaupun seakan-akan ia tidak pernah memintanya melalui doa.
Lalu apa Rahasianya? Ternyata kawan saya ini bercerita bahwa ia telah berhasil mengendalikan emosi marahnya. Sudah 10 tahun ia tidak pernah marah saat berada di kantor. Dengan kemampuan pengendalian diri dan level kesadaran sebaik ini efeknya tentu sangat luar biasa. Saya bisa merasakan aura yang bersih dan level serta vibrasi medan energi tubuh yang kuat dan menenangkan. Kondisi ini berpengaruh sangat positif pada suasana kerja di kantornya. Berpengaruh dengan orang-orang yang berada disekelilingnya……orang yang berada di dekatnya….berpengaruh kepada semuanya….
Kondisi ini sudah tentu sangat mempengaruhi pikirannya, khususnya pikiran bawah sadarnya. Mengapa saya menyinggung pikiran bawah sadar? Karena semua emosi letaknya di pikiran bawah sadar. Dan doa yang paling cespleng adalah doa (baca: afirmasi) yang selalu diucapkan oleh pikiran bawah sadar. (*kita bisa lakukan dengan metode Pikiran Quantum NurSyifa’).
Untuk mudahnya begini. Emosi atau perasaan yang kita rasakan dan apa yang kita ucapkan saat berdoa, dalam kondisi pikiran sadar, jika tidak sinkron (sesuai dan sejalan) dengan pikiran bawah sadar, tidak akan bisa terkabul.
Hal yang sama juga dialami oleh seorang kawan, yang kebetulan seorang pengusaha sukses di bidang budi daya burung walet. Kawan saya ini merasa hidupnya sangat mudah dan lancar. Mengutip apa yang ia katakan, “Allah itu sangat bermurah hati pada saya. Hidup saya lancar, makmur, dan bahagia. Apa yang saya harapkan selalu terkabul. Allah berikan…..Bahkan saat saya nggak mintapun tetap Allah kasih”.
Allah berada di dalam Prasangka hambaNya……bila kita berprasangka yang Baik maka akan banyak Kebaikan yang kita peroleh, tapi begitu juga sebaliknya bila kita berprasangka yang Buruk maka akan Cuma Keburukan saja yang kita dapat dan terima dalam kehidupan ini.
Saya ingin mengakhiri artikel ini dengan mengajak Anda merenung. Pembaca, pernahkah terpikir oleh Anda bahwa doa yang paling tulus, yang bisa kita panjatkan pada Sang Hidup, adalah bagaimana menjalani hidup kita. Benar, hidup kita adalah doa kita yang paling khusyuk. Kualitas hidup kita mencerminkan kualitas doa kita. Bagaimana kita Bertindak Berucap Berbuat Berpikir dalam menjalani Aktivitas keseharian kita……..Menjalani Hidup Penuh Arti Penuh Manfaat Penuh Makna….Tiada waktu yang terbuang dengan Percuma…semua untuk Beribadah pada Allah.
Penting
Dalam melakukan berbagai proses Doa/Afirmasi Diri, kita harus meningkatkan kepasrahan, berserah diri, menyatukan Hati Lisan Pikiran, Libatkan Panca Indra + Emosi yang Positif, Perbanyak Zikir agar selalu terhubung dgn Allah, Yang Maha Kuasa. Yakini dengan apa yang Anda lakukan………..Kristalisasikan Energi Doa-nya dengan banyak Bersyukur….
“Aku selalu menuruti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu menyertainya ketika ia berzikir kepada-Ku. Dan jika ia ingat kepada-Ku di dalam jiwanya, maka Akupun mengingatnya di dalam Zat-Ku. Dan jika ia ingat kepadaku ditempat ramai, Akupun mengingatnya ditempat ramai yang lebih baik daripadanya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku pun ingat kepadanya satu depa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku pun akan datang kepadanya dengan berlari cepat”
Rasa dekat kepada Allah tidak dapat terwujud dengan seketika, tetapi terjadi melalui proses kesungguhan hati yang panjang. Banyak jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Adapun jalan yang terbaik yaitu dengan selalu taat mematuhi aturan mainya-Nya, dimana berzikir termasuk salah satu diantaranya.
Rabu, 09 Maret 2011
Keutamaan Shalawat Kepada Nabi
Sesungguhnya Shalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memiliki kedudukan yang tinggi di dalam hati setiap muslim, dan bershalawat merupakan bagian dari perintah Allah Subhanahu waTa’ala, artinya, “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah dengan penuh penghormatan.”(QS. Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir rahimahullaah berkata, “Maksud dari ayat ini adalah, bahwa Allah Subhanahu waTa’ala mengabarkan kepada para hamba-Nya, tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di sisi-Nya dan di sisi para makhluk yang tinggi (Malaikat). Dan bahwasanya Allah Subhanahu waTa’ala memuji beliau di hadapan para Malaikatnya, dan para Malaikat pun bershalawat kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Allah Subhanahu waTa’ala memerintahkan penduduk bumi untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam, supaya terkumpul pujian terhadap beliau dari peghuni dua alam, alam atas (langit) dan alam bawah (bumi) secara bersama-sama.”(Tasir Ibnu Katsir Jilid 3 hal 514)
Makna Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Abu ‘Aliyah rahimahullah berkata, “Shalawat Allah atas Nabi adalah pujianNya kepada beliau di hadapan para MalaikatNya, shalawat Malaikat kepada beliau adalah do’a (maksudnya: bahwa para Malaikat memohon kepada Allah tambahan dari pujian Allah kepada Nabi).”
Ibnu‘Abbas radiyallaahu ‘anhuma berkata, “ يصلون/mereka bershalawat, maksudnya adalah mereka mendoakan untuk beliau keberkahan.” (Shahih al-Bukhari Kitab Tafsir bab:10)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, ”Makna shalawat Allah atas Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah pujianNya terhadap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan penjagaanNya terhadap beliau, penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau. Dan shalawat kita kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah, kita memohon kepada Allah tambahan di dalam pujianNya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau serta kedekatan beliau kepada Allah.” (Jalaa’ul Afhaam, hal 261-262)
Hukum Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Shalawat terhadap Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah wajib atas setiap muslim, baligh (dewasa menurut kacamata agama) dan berakal, sekali seumur hidup. Adapun selain itu (selain shalawat yang sekali) adalah sunnah yang dianjurkan. (asy-Syifaa, oleh al-Qadhi ‘Iyadh jilid 2 hal 62)
Keutamaan Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang keutamaan bershalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, di antaranya:
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku satu shalawat, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh.” (HR. Muslim, hadits no.408)
Dari Abu Darda radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku sepuluh kali di waktu pagi dan sore, maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari Kiamat.” (Hadis hasan, Shahih al-Jami’ oleh al-Albani hadits no.6357)
Peringatan Terhadap Orang Yang Meninggalkan Shalawat Secara Sengaja
Imam at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Terhinalah seseorang yang namaku disebut di sisinya, tetapi dia tidak bershalawat kepadaku.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2870)
Beliau juga meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang bakhil (kikir) adalah orang yang apabila namaku disebut di sisinya, dia tidak bershalawat kepadaku.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2811)
Beliau juga meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum duduk di sebuah majelis, yang mereka tidak menyebut nama Allah di dalamnya dan juga tidak bershalawat kepada Nabinya, kecuali hal itu menjadi kerugian dan penyesalan, maka kalau Allah menghendaki Dia akan mengadzabnya dan apabila menghedaki Dia akan mengampuni mereka.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2691)
Bentuk Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Di antara bentuk Shalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang paling shahih, yaitu:
Asy-Syaikhan (al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah) meriwayatkan dari Ka’ab bin ‘Ujrah radiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar kepada kami, maka kami berkata, “Wahai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, kami telah mengetahui, bagaimana mengucapkan salam kepada engkau. Maka bagaimana kami bershalawat kepada engkau?” Beliau berkata, “Ucapkanlah oleh kalian:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدِ، الَلَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّد وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. [البخاري حديث 6357، ومسلم حديث 406
Waktu-waktu yang Disunnahkan untuk Mengucapkan Shalawat
Para ulama menyebutkan ada waktu-waktu dan kondisi-kondisi yang disunahkan untuk bershalawat, dan mungkin secara singkat penjelasannya sebagai berikut:
1. Setelah mendengar dan mengikuti ucapan muadzin ketika adzan.
2. Ketika masuk dan keluar masjid.
3. Setelah tasyahud (tahiyat) akhir di dalam shalat.
4. Setelah doa qunut.
5. Di dalam shalat Jenazah setelah takbir yang kedua.
6. Sebelum dan sesudah berdoa.
7. Ketika berkhutbah jum’at, I’ed, Istisqa dan lain-lain (khusus bagi khatib).
8. Ketika disebut nama beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam.
9. Ketika berada di Shafa dan Marwah bagi orang yang sedang Haji atau Umrah.
10.Hari jum’at.
11.Ketika pagi dan sore.
12.Ketika menutup sebuah majelis atau pertemuan (taklim, kajian, pelajaran dll).
13.Ketika menyampaikan pelajaran dan ketika selesainya.
14. Di antara takbir-takbir dalam shalat I’ed (Asy-Syifaa, oleh al-Qadhi ‘Iyadh, dan Jalaaul Afham).
Buah Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyebutkan secara garis besar tentang buah dari shalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, di antaranya:
1. Shalawat termasuk bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu waTa’ala
2. Sebab untuk mendapatkan kebaikan, dinaikkan derajat dan penghapusan dosa.
3. Mendapat Syafa’at beliau pada hari kiamat.
4. Sebab untuk mendapatkan kedekatan dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pada hari kiamat.
5. Sebab shalawat (do’a) Allah dan Malaikat kepada kita.
6. Sebab dikabulkannya do’a.
7. Sebab pengampunan dosa dan pengusir kegundahan.
8. Sebab untuk mendapatkan majelis yang baik (berkah).
9. Menghindarkan sifat bakhil dari orang yang bershalawat.
10.Sebab untuk melanggengkan dan meningkatkan cinta kita kepada Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam.
11.Terkandung di dalamnya syukur, dan pengakuan terhadap nikmat Allah.
12.Sebab untuk mendapatkan berkah bagi jiwa, umur dan amalannya dan sebab kebaikannya (Jalaaul Afham hal. 612-626)
JIKA ADA HAJAT KHUSUS UNTUK MENGAMALKAN NYA SILAHKAN HUBUNGI= KI AGENG WAHDAH (FKPPAI: FORUM KOMUNIKASI PARANORMAL DAN PENYEMBUH ALTERNATIF INDONESIA) HP : +6281533188336 (DALAM&LUAR NEGERI)
Ibnu Katsir rahimahullaah berkata, “Maksud dari ayat ini adalah, bahwa Allah Subhanahu waTa’ala mengabarkan kepada para hamba-Nya, tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di sisi-Nya dan di sisi para makhluk yang tinggi (Malaikat). Dan bahwasanya Allah Subhanahu waTa’ala memuji beliau di hadapan para Malaikatnya, dan para Malaikat pun bershalawat kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Allah Subhanahu waTa’ala memerintahkan penduduk bumi untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam, supaya terkumpul pujian terhadap beliau dari peghuni dua alam, alam atas (langit) dan alam bawah (bumi) secara bersama-sama.”(Tasir Ibnu Katsir Jilid 3 hal 514)
Makna Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Abu ‘Aliyah rahimahullah berkata, “Shalawat Allah atas Nabi adalah pujianNya kepada beliau di hadapan para MalaikatNya, shalawat Malaikat kepada beliau adalah do’a (maksudnya: bahwa para Malaikat memohon kepada Allah tambahan dari pujian Allah kepada Nabi).”
Ibnu‘Abbas radiyallaahu ‘anhuma berkata, “ يصلون/mereka bershalawat, maksudnya adalah mereka mendoakan untuk beliau keberkahan.” (Shahih al-Bukhari Kitab Tafsir bab:10)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, ”Makna shalawat Allah atas Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah pujianNya terhadap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan penjagaanNya terhadap beliau, penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau. Dan shalawat kita kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah, kita memohon kepada Allah tambahan di dalam pujianNya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau serta kedekatan beliau kepada Allah.” (Jalaa’ul Afhaam, hal 261-262)
Hukum Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Shalawat terhadap Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah wajib atas setiap muslim, baligh (dewasa menurut kacamata agama) dan berakal, sekali seumur hidup. Adapun selain itu (selain shalawat yang sekali) adalah sunnah yang dianjurkan. (asy-Syifaa, oleh al-Qadhi ‘Iyadh jilid 2 hal 62)
Keutamaan Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang keutamaan bershalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, di antaranya:
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku satu shalawat, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh.” (HR. Muslim, hadits no.408)
Dari Abu Darda radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku sepuluh kali di waktu pagi dan sore, maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari Kiamat.” (Hadis hasan, Shahih al-Jami’ oleh al-Albani hadits no.6357)
Peringatan Terhadap Orang Yang Meninggalkan Shalawat Secara Sengaja
Imam at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Terhinalah seseorang yang namaku disebut di sisinya, tetapi dia tidak bershalawat kepadaku.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2870)
Beliau juga meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang bakhil (kikir) adalah orang yang apabila namaku disebut di sisinya, dia tidak bershalawat kepadaku.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2811)
Beliau juga meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum duduk di sebuah majelis, yang mereka tidak menyebut nama Allah di dalamnya dan juga tidak bershalawat kepada Nabinya, kecuali hal itu menjadi kerugian dan penyesalan, maka kalau Allah menghendaki Dia akan mengadzabnya dan apabila menghedaki Dia akan mengampuni mereka.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2691)
Bentuk Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Di antara bentuk Shalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang paling shahih, yaitu:
Asy-Syaikhan (al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah) meriwayatkan dari Ka’ab bin ‘Ujrah radiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar kepada kami, maka kami berkata, “Wahai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, kami telah mengetahui, bagaimana mengucapkan salam kepada engkau. Maka bagaimana kami bershalawat kepada engkau?” Beliau berkata, “Ucapkanlah oleh kalian:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدِ، الَلَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّد وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. [البخاري حديث 6357، ومسلم حديث 406
Waktu-waktu yang Disunnahkan untuk Mengucapkan Shalawat
Para ulama menyebutkan ada waktu-waktu dan kondisi-kondisi yang disunahkan untuk bershalawat, dan mungkin secara singkat penjelasannya sebagai berikut:
1. Setelah mendengar dan mengikuti ucapan muadzin ketika adzan.
2. Ketika masuk dan keluar masjid.
3. Setelah tasyahud (tahiyat) akhir di dalam shalat.
4. Setelah doa qunut.
5. Di dalam shalat Jenazah setelah takbir yang kedua.
6. Sebelum dan sesudah berdoa.
7. Ketika berkhutbah jum’at, I’ed, Istisqa dan lain-lain (khusus bagi khatib).
8. Ketika disebut nama beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam.
9. Ketika berada di Shafa dan Marwah bagi orang yang sedang Haji atau Umrah.
10.Hari jum’at.
11.Ketika pagi dan sore.
12.Ketika menutup sebuah majelis atau pertemuan (taklim, kajian, pelajaran dll).
13.Ketika menyampaikan pelajaran dan ketika selesainya.
14. Di antara takbir-takbir dalam shalat I’ed (Asy-Syifaa, oleh al-Qadhi ‘Iyadh, dan Jalaaul Afham).
Buah Shalawat Kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyebutkan secara garis besar tentang buah dari shalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, di antaranya:
1. Shalawat termasuk bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu waTa’ala
2. Sebab untuk mendapatkan kebaikan, dinaikkan derajat dan penghapusan dosa.
3. Mendapat Syafa’at beliau pada hari kiamat.
4. Sebab untuk mendapatkan kedekatan dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pada hari kiamat.
5. Sebab shalawat (do’a) Allah dan Malaikat kepada kita.
6. Sebab dikabulkannya do’a.
7. Sebab pengampunan dosa dan pengusir kegundahan.
8. Sebab untuk mendapatkan majelis yang baik (berkah).
9. Menghindarkan sifat bakhil dari orang yang bershalawat.
10.Sebab untuk melanggengkan dan meningkatkan cinta kita kepada Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam.
11.Terkandung di dalamnya syukur, dan pengakuan terhadap nikmat Allah.
12.Sebab untuk mendapatkan berkah bagi jiwa, umur dan amalannya dan sebab kebaikannya (Jalaaul Afham hal. 612-626)
JIKA ADA HAJAT KHUSUS UNTUK MENGAMALKAN NYA SILAHKAN HUBUNGI= KI AGENG WAHDAH (FKPPAI: FORUM KOMUNIKASI PARANORMAL DAN PENYEMBUH ALTERNATIF INDONESIA) HP : +6281533188336 (DALAM&LUAR NEGERI)
Senin, 07 Maret 2011
Shalat Malam Terapi Spiritual Yang Ampuh
KabarIndonesia - Shalat malam akan menjadi cahaya bagi orang mukmin di akhirat kelak. Al-Qur’an sendiri menganjurkan umatnya untuk melakukan shalat malam. “Dari sebagian malam, lakukan shalat malam (tahajud), sebagai tambahan bagimu. Dengan itu, semoga Allah mengangkat derajatmu ke tempat yang terpuji” (QS. Al-Isra, 79).
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa shalat malam adalah bentuk ibadah yang sangat tinggi nilainya setelah shalat wajib. “Sebaik-baiknya shalat, setelah shalat wajib adalah shalat di tengah malam (shalat tahajud) (HR. Muslim).
Dalam banyak riwayat, Rasul sangat menekankan perlunya manusia melakukan shalat malam ini. Dalam hadis yang diriwayatkan At-Turmudzi dikatakan: “Lakukan shalat malam. Sesungguhnya itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu. Cara pendekatan diri kepada Allah, pelebur dosa, dan pencegah kemaksiatan”. Bahkan dalam riwayat At-Thabrani dikatakan: “Shalat malam adalah pencegah penyakit pada badan”.
Shalat malam dapat menebus kesalahan, mencerahkan hati dan fikiran, serta menghilangkan pelbagai penyakit badan maupun rochani. Dengan shalat malam, orang yang berdosa akan diterima tobat dan istigfarnya.
Ada lima obat yang dapat menyembuhkan penyakit hati, yaitu:
1. Membaca Al-Qur’an dengan menghayati maknanya;
2. Mengosongkan perut (puasa);
3. Menghidupkan malam (dengan shalat sunnah);
4. Merendahkan diri di hadapan Allah pada akhir malam;
5. Bergaul dengan orang-orang saleh.
Rasulullah SAW, bersabda: ”Jika seseorang bangun malam, hendaklah dia memulai shalat tahajudnya dengan mengerjakan shalat dua rakaat dengan bacaan yang pendek” (HR Muslim dan Ibn Khuzaimah).
Menurut beberapa hadis sahih, seseorang hanya memperoleh pahala dari shalatnya jika menyadari apa yang dilakukannya dengan sepenuh hati. Karena itu menghayati makna Al-Qur’an yang dibaca pada shalat malam adalah sesuatu yang penting.
Ketika kita melaksanakan shalat malam, bayangkanlah bahwa kita akan menjemput kehadiran Allah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, pada sepertiga malam terakhir, Allah turun ke langit dunia dan berfirman: ”Adakah orang yang memohon ampunan sehingga Aku mengampuninya? Adakah orang yang bertobat sehingga Aku menerima tobatnya? Adakah orang yang berdo’a sehingga Aku mengabulkannya? (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ada beberapa rekomendasi ilmiah dan medis tentang shalat malam, antara lain:
1. Sebagian besar waktu untuk tidur pulas ada pada paruh pertama malam sehingga kebutuhan rehat bagi tubuh sudah tercukupi. Bangun pada paruh kedua malam atau sebelum fajar tidak mengganggu waktu istirahat tubuh yang maksimal. Paruh kedua malam merupakan masa tidur ringan, dan bermimpi basah biasanya terjadi pada masa ini.
2. Jika seseorang tidur lebih awal, misalnya setelah shalat isya, ia dapat mencukupi kebutuhan tidurnya sebelum bangun untuk shalat tahajud pada sepertiga terakhir malam. Jika seseorang tidur setelah tengah malam, kadang-kadang dia tidak dapat shalat subuh pada waktunya. Sebab pada waktu subuh itu, dia sedang tidur pulas. Seorang muslim hendaklah memperhatikan hal ini agar tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini.
3. Bangun yang dianjurkan adalah pada sepertiga akhir malam. Bangun sebelum waktu tersebut lebih baik lagi. Sebab, Rasulullah SAW. Bersabda: ”Sesungguhnya Allah SWT, turun ke langit dunia setiap malam. Pada sepertiga terakhir malam, Dia berfirman, ’Adakah orang yang bertobat sehingga Aku menerima tobatnya? Adakah orang yang memohon ampunan sehingga Aku mengampuninya?Adakah orang yang meminta sehingga Aku memberi apa yang dimintanya?’ Demikian seterusnya hingga terbit fajar” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
4. Seseorang lebih sulit bangun pada awal fase tidur (pada paruh pertama malam) dari pada bangun pada fase terakhir. Sebab, masa tidur pulas itu panjang dan bangun pada masa tidur tersebut merupakan hal yang sulit. Jika seseorang dibangunkan pada masa tersebut, dia akan langsung tidur lagi. Oleh karena itu, biarkanlah tubuh beristirahat pada masa itu.
5. Rasulullah SAW. Bersabda: ”Shalat yang paling disukai Allah adalah shalat Nabi Daud, dan puasa yang paling disukai Allah adalah juga puasa Nabi Daud. Dia tidur pada separuh malam dan bangun pada sepertiganya, lalu tidur lagi pada seperenamnya. Dia juga berpuasa sehari dan berbuka sehari” (HR Al-Bukhari dan Muslim, Abu Dawud dan Ahmad).
6. Dari aspek kedokteran, terbukti bahwa jika seseorang bangun tidur pada saat tertentu, dia akan menjadi terbiasa bangun pada waktu tersebut. Hal ini memerlukan tekad dan keinginan yang kuat. Bangun malam dapat menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta terhindar dari penyakit-penyakit punggung pada usia tua.. Dalam salah satu penelitian medis, terbukti bahwa orang-orang tua yang terbiasa shalat malam pada bulan Ramadhan (shalat tarawih) relatif lebih aman dari serangan penyakit pada tulang punggung daripada orang-orang tua yang tidak shalat malam.
7. Shalat malam juga meningkatkan imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit yang menyerang jantung, otak, dan organ-organ tubuh yang lain sehingga menyebabkan kejang jantung serta pembekuan darah dalam jantung dan otak. Hal itu karena orang yang bangun malam menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah (Dr. ’Abdul Hamid Diyab dan Dr. Ahmad Qurquz).
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa shalat malam adalah bentuk ibadah yang sangat tinggi nilainya setelah shalat wajib. “Sebaik-baiknya shalat, setelah shalat wajib adalah shalat di tengah malam (shalat tahajud) (HR. Muslim).
Dalam banyak riwayat, Rasul sangat menekankan perlunya manusia melakukan shalat malam ini. Dalam hadis yang diriwayatkan At-Turmudzi dikatakan: “Lakukan shalat malam. Sesungguhnya itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu. Cara pendekatan diri kepada Allah, pelebur dosa, dan pencegah kemaksiatan”. Bahkan dalam riwayat At-Thabrani dikatakan: “Shalat malam adalah pencegah penyakit pada badan”.
Shalat malam dapat menebus kesalahan, mencerahkan hati dan fikiran, serta menghilangkan pelbagai penyakit badan maupun rochani. Dengan shalat malam, orang yang berdosa akan diterima tobat dan istigfarnya.
Ada lima obat yang dapat menyembuhkan penyakit hati, yaitu:
1. Membaca Al-Qur’an dengan menghayati maknanya;
2. Mengosongkan perut (puasa);
3. Menghidupkan malam (dengan shalat sunnah);
4. Merendahkan diri di hadapan Allah pada akhir malam;
5. Bergaul dengan orang-orang saleh.
Rasulullah SAW, bersabda: ”Jika seseorang bangun malam, hendaklah dia memulai shalat tahajudnya dengan mengerjakan shalat dua rakaat dengan bacaan yang pendek” (HR Muslim dan Ibn Khuzaimah).
Menurut beberapa hadis sahih, seseorang hanya memperoleh pahala dari shalatnya jika menyadari apa yang dilakukannya dengan sepenuh hati. Karena itu menghayati makna Al-Qur’an yang dibaca pada shalat malam adalah sesuatu yang penting.
Ketika kita melaksanakan shalat malam, bayangkanlah bahwa kita akan menjemput kehadiran Allah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, pada sepertiga malam terakhir, Allah turun ke langit dunia dan berfirman: ”Adakah orang yang memohon ampunan sehingga Aku mengampuninya? Adakah orang yang bertobat sehingga Aku menerima tobatnya? Adakah orang yang berdo’a sehingga Aku mengabulkannya? (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ada beberapa rekomendasi ilmiah dan medis tentang shalat malam, antara lain:
1. Sebagian besar waktu untuk tidur pulas ada pada paruh pertama malam sehingga kebutuhan rehat bagi tubuh sudah tercukupi. Bangun pada paruh kedua malam atau sebelum fajar tidak mengganggu waktu istirahat tubuh yang maksimal. Paruh kedua malam merupakan masa tidur ringan, dan bermimpi basah biasanya terjadi pada masa ini.
2. Jika seseorang tidur lebih awal, misalnya setelah shalat isya, ia dapat mencukupi kebutuhan tidurnya sebelum bangun untuk shalat tahajud pada sepertiga terakhir malam. Jika seseorang tidur setelah tengah malam, kadang-kadang dia tidak dapat shalat subuh pada waktunya. Sebab pada waktu subuh itu, dia sedang tidur pulas. Seorang muslim hendaklah memperhatikan hal ini agar tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini.
3. Bangun yang dianjurkan adalah pada sepertiga akhir malam. Bangun sebelum waktu tersebut lebih baik lagi. Sebab, Rasulullah SAW. Bersabda: ”Sesungguhnya Allah SWT, turun ke langit dunia setiap malam. Pada sepertiga terakhir malam, Dia berfirman, ’Adakah orang yang bertobat sehingga Aku menerima tobatnya? Adakah orang yang memohon ampunan sehingga Aku mengampuninya?Adakah orang yang meminta sehingga Aku memberi apa yang dimintanya?’ Demikian seterusnya hingga terbit fajar” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
4. Seseorang lebih sulit bangun pada awal fase tidur (pada paruh pertama malam) dari pada bangun pada fase terakhir. Sebab, masa tidur pulas itu panjang dan bangun pada masa tidur tersebut merupakan hal yang sulit. Jika seseorang dibangunkan pada masa tersebut, dia akan langsung tidur lagi. Oleh karena itu, biarkanlah tubuh beristirahat pada masa itu.
5. Rasulullah SAW. Bersabda: ”Shalat yang paling disukai Allah adalah shalat Nabi Daud, dan puasa yang paling disukai Allah adalah juga puasa Nabi Daud. Dia tidur pada separuh malam dan bangun pada sepertiganya, lalu tidur lagi pada seperenamnya. Dia juga berpuasa sehari dan berbuka sehari” (HR Al-Bukhari dan Muslim, Abu Dawud dan Ahmad).
6. Dari aspek kedokteran, terbukti bahwa jika seseorang bangun tidur pada saat tertentu, dia akan menjadi terbiasa bangun pada waktu tersebut. Hal ini memerlukan tekad dan keinginan yang kuat. Bangun malam dapat menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta terhindar dari penyakit-penyakit punggung pada usia tua.. Dalam salah satu penelitian medis, terbukti bahwa orang-orang tua yang terbiasa shalat malam pada bulan Ramadhan (shalat tarawih) relatif lebih aman dari serangan penyakit pada tulang punggung daripada orang-orang tua yang tidak shalat malam.
7. Shalat malam juga meningkatkan imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit yang menyerang jantung, otak, dan organ-organ tubuh yang lain sehingga menyebabkan kejang jantung serta pembekuan darah dalam jantung dan otak. Hal itu karena orang yang bangun malam menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah (Dr. ’Abdul Hamid Diyab dan Dr. Ahmad Qurquz).
Langganan:
Postingan (Atom)